Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur di saat sangat diperlukan tidur (sangat ngantuk). Demikian juga, tidur di awal malam lebih bermanfaat dari pada tidur di akhir malam. Tidur di tengah siang lebih bermanfaat dari pada tidur di dua ujung siang (pagi dan sore). Apabila tidur di saat dekat dengan dua ujung siang, maka manfaatnya akan semakin berkurang dan madhorotnya semakin besar. Apalagi tidur di waktu ‘ashar (atau sesudah sholat ‘ashar) dan tidur di awal siang, kecuali bagi yang malamnya tidak tidur. selain itu, waktu-waktu yang dimakruhkan untuk tidur adalah waktu antara sesudah sholat shubuh dan terbitnya matahari.
Secara ringkas, tidur yang standar dan yang paling bermanfaat adalah tidur selama setengah malam yang pertama dan seperenam yang terakhir, yang kira-kira lamanya sekitar delapan jam. Inilah tidur yang standar menurut para dokter. Kurang dan lebihnya waktu tidur dari delapan jam akan menimbulkan ketidak seimbangan pada badan.
Tidur menjadi sesuatu yang esensi dalam
kehidupan kita. Karena dengan tidur, kita menjadi segar kembali. Tubuh yang
lelah, urat-urat yang mengerut, dan otot-otot yang dipakai beraktivitas
seharian, bisa meremaja lagi dengan melakukan tidur.
Ada dua waktu tidur yang dianjurkan oleh
Rasulullah untuk tidak dilakukan.
1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh
“Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu
orang shalih – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari,
karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan
yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari
orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam
mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari
terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan
waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu
bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang
mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya
orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).
2. Tidur Sebelum Shalat Isya
Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu
‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur
sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya” (HR. Bukhari 568 dan Muslim647).
Beberapa ulama menjelaskan, sebab
dibenci tidur malam sebelum isya’ adalah memungkinkan ditinggalkannya sholat
isya’ pada waktunya.
Semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar